PRANG!
" Ta-tapi senior—"
" JANGAN BANYAK ALASAN! KERJAKAN ATAU—"
Then?
" —atau KAU KUDETENSI!"
Pret.
Mati saja kau, makhluk tak bermoral.
Gadis itu menjejakkan kakinya dihalaman. Dari Aula Besar tempatnya tadi keluar. Bersungut-sungut dan menahan amarah. Ditangannya tergenggam sekantung—vas. Yeap. Namun—pecahan vas. Hah. Mau tahu apa yang beberapa saat yang lalu terjadi? Vas dari cina milik Hogwarts—satu-satunya di dunia—pecah. Iya, yang di Aula Besar itu lho. Siapa yang memecahkan?
Tentu saja bukan Rara dong ya.
Hmmh. Memang dasar ketua murid tak bertanggung jawab. Hgdnejndjsndu. Bleketek bau kunyuk™. Cuih. Mentang-mentang Rara juniornya, dia bisa seenak udel begitu apa menyuruh Rara untuk memperbaiki vas yang ia pecahkan dengan sikunya sendiri. Oh—hello, se-ni-or. Rara bukan peri rumahmu, okeh? Kalau berminat menggaji Rara as pembokat—bayar dulu sini sepuluh ribu miliar juta ratus galleon. Hoahaha. Iyalah—masa iyadong. Kalau tak punya uang—tak usah suruh-suruh orang. Kerjakan saja sana dengan tanganmu sendiri—
Jangan seperti ketua murid ini.
Yang—sepertinya—hanya bisa cari muka didepan Felder saja.
Hah. Menyedihkan. Sangat.
Padahal dia sudah kelas tujuh—namun masih sebegitu bodohnyakah dia sampai mengucap reparo saja tak bisa? Hell. Mau tahu alasannya kenapa? Oh yeah—alasan terakhir yang bisa dimasukkan kedalam akal—atau kantung bajumu—rapat. RAPAT? RAPAT DIA BILANG? Damn hell. Dan langsung memerintah Rara laiknya seorang majikan kepada peri rumahnya. Bah. Makin tua bukannya makin pintar, malah makin bodoh saja dia. Kalau saja Felder tahu perbuatan kejinya—maaf, mode lebay Rara belum kepencet dari tadi—terhadap Rara ini—pasti lencana ketua murid—yang setiap harinya ia bangga-banggakan akan—lepas. Bagus.
Dan lagipula—apa perlunya Rara laporan kepada Felder?
Ikutan cari muka?
Cih—jangan mimpi. Maaf saja—Rara tak serendahan itu.
Muka Rara masih terletak rapi ditempatnya. Tak usah dicaripun sudah ada. Hari ini Minggu, ngomong-ngomong. Kenapa sebegitu membosankannya? Oh iya—harusnya Rara sedikit banyak berterimakasih kepada ketua murid bodoh itu—karenanya Rara bisa merasakan hal yang seperti ini—dan tinggal masalah waktu saja untuk seorang—bahkan sederetanpun, Rara takkan takut—prefek menemukan dia dan sekantung vas cina pecah itu—dan tadaah~
Rara terdetensi.
Puas, ketua murid?
Hsnqbdedbqybd. Mati kau.
Manik coklat kacanya diarahkan ke sekumpulan anak—well, first grade community nih. Yes. Asik. Bisa dikerjain ini namanya. Tanpa disadar—seringai jahil—tersungging manis dibibirnya. Menyimpan sekantung pecahan vas itu dibelakang tubuhnya—oh, ayolah—masa iya dia mau ketahuan anak-anak kelas satu itu kalau dia yang memecahkan vas itu? Hmm.
Berikan konotasi meledek.
Dan tahukah dirimu sekarang, wahai manusia manusia biadab—Rara mulai menjauh dari kerumunan anak-anak itu. Yeah. Rara takut ketahuan—dari kesalahan yang bahkan—tak dibuatnya. Biarkan dia punya waktu—sedikit saja—untuk mengucap reparo. Hem. Makin mendatangi sebuah pohon. Beringin. Besar. Mengingatkannya pada memori masa lalu. Tanpa sadar—duduk dibawahnya, dengan posisi kantung vas itu diatas perutnya. Diliriknya sedikit—dan ditutup lagi. Mengatur nafasnya yang terengah-engah—ketakutan. Miris.
Namun senyumnya tersungging lagi.
(Ketua murid itu charfik ya—mau dicari ampe gila juga gabakal ada =)) orang cuma buat keperluan plotnya kok :-" *siul-siul inosen*)
(Pohon tempat Rara terbaring—untuk melaksanakan misi reparonya—jauh dari kerumunan anak-anak ya)
(Style Raraemangwajibnyertaingini-ginian,ya? *shot*)