Oh the Lord, balabalabala.
Halo, pagi suram. Apa kabar? Bertemu lagi dengan manusia terlemah se-Hogwarts—olalala, orangnya bahkan tak mau tuh menyebut namanya sendiri. Hahaha. Hari pelajaran apa, sayang? Hmm, ramuan. Pret. Bukannya malas atau gimana-gimana—hanya sedikit enggan. Kenapa enggan? Ya gitu deh.
Gimana jelasinnya?
Aih-aih, lebih baik tak usah tahu.
Hmm—lagipula tak hanya ramuan kok yang membuat gadis ini malas hari ini. Umfufufu. Ada banyak. Banyak banget malahan. Oh noes—all hell for today lah. Masuk ke kelas ramuan yang dibawah tanah—tak terlalu jauh dari asramanya, ngomong-ngomong—sambil senyam-senyum tak jelas kepada seluruh makhluk penghuni sana—padahal tak kenal. Pan Rara baik, nyahaha. “Pelajaran hari ini dan untuk beberapa waktu ke depan adalah,” Eh, professor Jackson udah mulai nulis-nulis tuh. Nulis apa? Tau deh. Rara aja duduk paling belakang gini. Hahay. Bentar-bentar. Rara coba baca walaupun sambil sedikit lompat-lompat. Po-p-l-li-j-ju-jus.
Polijus.
Aih, kok Rara jadi ingat sesuatu ya? Ahem-ahem uhuk-uhuk—silahkan berbatuk sepuas hatimu sampai tenggorokanmu sakit—inget itu loh, orang kaya yang beli kuali polijus sampai dua, saudara-saudara. Huahaha. Pret. Iya, dulu kan Rara pernah magang di Cauldron Shop, ada yang beli kuali polijus sampai dua loh. Walah-walah. Untuk apa ya? Apa nanti mau dipecahkan yang satu lalu dipakai yang lain? Atau untuk cadangan jika yang satunya pecah?
Atau malah—untuk seseorang?
Bukan urusanmu, Rara schat—“Ramuan Polijus adalah,”
Aaaah. Professor ini. Membuyarkan lamunan Rara aja deh. Nyuh. Gadis itu memanyun-manyunkan bibirnya sekarang. Ba to the wel. Bawel. Kenapa sih semua professor di sekolah ini hobinya ngagetin Rara mulu? Hsndqideuhq. “ramuan yang berkhasiat—” Lalala~ Rara tak dengar, maaf. Mulai asyik meniup-niup pena bulu ungunya. Bosen sih. Tengok kanan tengok kiri. Nyari siapa hayo? Uhuk-uhuk ahem-ahem—si itu loh—mulai sekarang panggilnya ini aja deh ya—mas mas yang beli kuali polijus ampe dua. Nyahaha. Nggak lucu, sayangku. E-e-e-eh, peduli setan mau lucu mau nggak, yang penting Rara mau panggilnya itu kok, weeek. Kalau nggak dateng ke kelas berarti buang-buang galleon saja dong. Polijus kan hanya dipelajari hari ini, ya kan ya? Tengok kanan tengok kiri. Eh? Kok? Udah pada siap-siap ngeramu kayaknya. Oh noes. Dari tadi kemana aja, Rara sayang?
Kebanyakan mikirin mas-mas yang beli kuali polijus ampe dua itu sih.
Barang-barang udah tersedia didepan mata. Yeyayei. Nggak usah repot-repot lagi berarti. Tinggal ikutin instruksi dari yang dibuku. Fufufu. Pertama-tama—nyalakan api kecil dibawah kuali. Eh bentar-bentar—udah tuh. Terus ngapain lagi? Melirik ke perkamennya—aduh. Pisahkan sayap dengan serangga renda apa tau itu? Noes noes noes. Eh? Yaudahlah ga apa-apa. Geli-geli dikit. Fuwahaha~ Dicabutinlah itu sayap-sayapnya. Aw-aw—kasihan. Jangan nangis ya sayang—bukan salah Rara loh. Salahnya itu professor tauk. Mwahaha. Udah dicabut semua? Sudah, for sure.
Sekarang—aduh.
Dimasukin kedalam kuali mendidih itu? Aaaah. Ka-kasihan tau. Sedikit mengeryit kasihan—ini nggak lebay. Ini merupakan perdebatan batin antara—tutup matamu. Buang mukamu. Tahan nafasmu. Dan—plung. Hah huh hah huh hah. Gadis bodoh itu menghela nafas panjang. Mengaduk-aduk kualinya searah jarum pentul—eh jam—sambil mengalihkan pandangannya—menyapu seluruh kelas. Mencari siapa hayo?
Nyari mas-mas yang beli kuali polijus sampe dua itu—hmm?
Entahlah.